Robbani
Jodohku Konsultasi Artikel Galeri
Profil Keluar

TERAPI SPIRITUAL ISLAM

Psikologi Islam › Terapi Spiritual Islam
Oleh | 07 Jun 2023

Psikologi Islam adalah istilah yang baru muncul di awal millennium ketiga, setelah sebelumnya terjadi jurang pemisah yang dalam antara psikologi dan Islam. Para ulama muslim menganggap ilmu psikologi adalah produk orang-orang non muslim, sedangkan psikologi konvensional pun tidak mau mendekati dalil-dalil Islam. 

Beberapa tahun terakhir ini saya merasa sedang terjadi pendekatan. Saya melihat ada dua alasan untuk itu, pertama: sebagian ahli psikologi yang beragama Islam merasa banyak permasalahan kejiwaan yang tidak dapat diselesaikan oleh teori-teori psikologi konvensional, tapi dapat dibereskan oleh ajaran agama. Saat mereka merasa menemui jalan buntu pada suatu permasalahan, ternyata jawabannya ada pada ajaran Islam. Selanjutnya mereka menjadi gandrung mempelajari Islam dan berupaya menghubung-hubungkan teori-teori psikologi – psikiatri yang mereka miliki dengan dogma-dogma Islam. Kedua: banyak ulama Islam yang tergiur akan kemapanan sistematika ilmu jiwa dari psikologi – psikiatri. Kebanyakan teorinya didukung oleh eksperimen yang empiris, meski terkadang kesimpulan akhirnya terkesan dipaksakan dan memiliki banyak penafsiran. 

Penerapan ilmu ini pun telah dikenal baik di masyarakat, seiring kemenangan hegemoni barat atas dunia. Lalu para ulama tersebut pun berupaya mengadakan pendekatan ilmu, dan berupaya melengkapi ilmu-ilmu Islam yang masih belum sempurna dalam tataran eksperimen dan aplikasinya dengan berpedoman pada alur ilmu psikologi – psikiatri. 

Definisi

Psikologi Islam adalah: cara memandang hal-hal yang terkait dengan kejiwaan manusia melalui kaca mata ajaran Islam, termasuk cara-cara mengatasi berbagai permasalahannya. 

Karena merupakan kajian ilmu yang masih sangat muda, maka terkadang para praktisi Psikologi Islam masih menggunakan sistematika ilmu psikologi konvensional yang telah mapan untuk mencapai tujuannya. Saya pun memandang; boleh menggunakan teori psikologi konvensional yang telah teruji dan memiliki kebenaran yang mutlak, tapi bukan teori-teorinya yang memiliki multi tafsir. Karena teori apapun yang telah teruji dan memiliki kebenaran yang mutlak, pasti tidak akan bertentangan dengan ajaran Islam. 

Jujur saja; sebenarnya saya belajar psikologi barat konvensional lebih dulu dari pada psikologi Islam. Dulu saya lebih banyak menggunakan sistematika psikologi konvensional untuk mengungkap lebih dalam psikologi Islam. Bahkan sebagian teorinya saya paksakan untuk disamakan dengan psikologi Islam, dengan mencari dalil-dalilnya dari al-Qur'an dan Hadits. Namun semakin lama menggeluti psikologi Islam, ternyata memang keduanya sangat berbeda dan terdapat jurang perbedaan yang sulit dikompromikan. Mempertemukannya seperti memaksa menggabungkan antara bahan kaos dengan bahan jeans pada satu jenis pakaian. Memang tidak mustahil, hanya saja jadi terasa aneh. 

Kasus 

Saya ditelpon oleh keluarga kami yang tinggal tak jauh dari kediaman kami. Dia bilang anaknya pingsan di kampus, lalu teman-temannya mengantarnya ke rumah. Dari penuturan teman-temannya; Intan si gadis baru saja bertengkar dengan pacarnya. Lalu terjadilah kejadian itu. 

Sebenarnya saya heran, mengapa orang tuanya tidak menangani sendiri saja kasus anaknya. Setahu saya; orang tuanya juga seorang psikolog yang menjabat sebagai HRD di sebuah perusahaan. 

Saya segera datang ke rumahnya dan melihat kondisi Intan. Ibunya menangis tak henti di samping anaknya yang memejamkan mata. Sekali-sekali keluar ucapan dari mulutnya kalimat-kalimat zikir, lalu diam lagi beberapa saat. Ayahnya seorang psikolog tidak mampu membuat anaknya bangkit. 

Perlahan-lahan saya bicara kepadanya, berusaha menembuh lubuk hatinya yang paling dalam, karena saya yakin dia masih sadar dan bisa mendengar. Dia hanya menunggu seseorang yang bisa memahami dirinya. Pertama kali saya sadarkan dia, bahwa dirinya adalah orang beriman yang memiliki Tuhan yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa. Selanjutnya, saya memasukkan nilai-nilai kesabaran dan rido terhadap semua ujian Allah swt. Hanya sekitar 30 menit saya bicara. 

Sebelum saya pulang; ibunya bercerita bahwa ayah pacarnya tidak setuju hubungan mereka, karena perbedaan strata sosial, maka dia memutuskan hubungannya dengan Intan. Nampaknya Intan tidak sanggup menerima kenyataan. Lalu melakukan hal itu untuk mendapat perhatian dari sang pacar dan keluarganya. Tapi ternyata si pacar malah tidak peduli. 

Malam harinya Intan sudah siuman dan makan sedikit. Dia merasakan sakit perut karena sejak pagi belum masuk makanan ke perutnya. Orang tuanya agak panik, lalu membawanya ke rumah sakit. Hanya menginap semalam, pagi harinya Intan sudah boleh kembali dan sudah normal seperti sedia kala. 

Kisah ini saya berikan untuk menunjukkan bahwa metode Islami bisa lebih efektif daripada metode psikologi konvensional dalam menangani kasus kejiwaan seperti Intan.



ثُمَّ سَوَّىٰهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِۦ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَـٰرَ وَٱلْأَفْـِٔدَةَ ۚ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ

Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh-Nya dan Dia menjadikan bagi kalian pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kalian sedikit sekali bersyukur ” (Quran As-Sajadah: 9).