Robbani
Jodohku Konsultasi Artikel Galeri
Profil Keluar

Tentang Tazkiyatun Nafs

Tazkiyatun Nafz › Penyucian Jiwa
Oleh | 12 Aug 2024

DALIL TAZKIYATUN NAFS

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى

Sungguh, sukseslah orang yang menyucikan dirinya, Lalu ingat dan menyebut nama tuhannya, Lalu shalat (al-A’la 14 – 15).

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah. Dan sungguh, mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata” (al-Jumuah 2).

ثَلاَثٌ مَنْ فَعَلَهُنَّ فَقَدْ طَعِمَ طَعْمَ الإِيْمَانِ: مَنْ عَبَدَ الله وَحْدَهُ، وَأَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله، وَأَعْطَى زَكَاةَ مَالِهِ طِيْبَةً بِهَا نَفْسَهُ، رَافِدَةً عَلَيْهِ كُلَّ عَامٍ، وَلاَ يُعْطِي الْهَرَمَةَ وَلاَ الدَّرَنَةَ وَلاَ الْمَرِيْضَةَ وَلاَ الشَّرَطَ اللَئِيْمَةَ وَلَكِنْ مِنْ وَسَطِ أَمْوَالِكُمْ، فَإِنَّ اللهَ لَمْ يَسْأَلْكُمْ خَيْرَهُ وَلَمْ يَأْمُرْكُمْ بِشَرِّهِ وزَكَّى نَفْسَهُ، فَقَالَ رَجُلٌ: وَمَا تَزْكِيَّةُ النَّفْسِ؟ فَقَالَ: أَنْ يَعْلَمَ أَنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ مَعَهُ حَيْثُ كَانَ

“Tiga hal, siapa yang melakukannya maka ia akan merasakan lezatnya iman: Siapa yang hanya menghamba kepada Allah semata, karena tiada ilah selain Dia (1). Membayar zakat hartanya tiap tahun untuk memperbaiki jiwanya. Jangan dengan barang-barang usang, rusak, dan ternak yang sakit, namun dengan hartamu yang baik. Sungguh, allah tidak meminta kalian kebaikannya juga tidak menyuruh kalian dengan keburukannya (2). Menyucikan jiwanya (3)”. Seorang pria bertanya: “Apa yang dimaksud penyucian jiwa?”. Beliau menjawab: “Seseorang mengetahui bahwa Allah bersamanya di manapun ia berada” (Abu Daud, Tabrani, dan Baihaqi).

ARTI KATA TAZKIYAH (التزكية)

         Penyucian (at-tazkiyah) dalam bahasa arab berasal dari kata zaka (زكا) – yazku (يزكو) – zaka’an (زكاء), yang berarti suci. At-Tazkiyah (التزكية) berarti tumbuh, suci, dan berkah[1]. Zakat harta, disebut demikian karena kembali pada berkah, atau menyucikan jiwa atau membersihkannya dari kikir (شح), atau keduanya[2].

         Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kata tazkiyah secara terminologi berarti: membuat sesuatu menjadi bersih atau suci dan tumbuh dengan baik.

ARTI KATA NAFS (نفس)

         Secara etimologi[3] jiwa memiliki beberapa makna, yang paling menonjol di antaranya adalah :

  1. Jiwa bermakna roh. Jika dikatakan: jiwanya keluar, maka yang dimaksud adalah rohnya.
  2. Jiwa bermakna sesuatu dan hakikatnya. Jika dikatakan: Dia membunuh jiwanya dan binasalah jiwanya

قتل فلان نفسه وأهلك نفسه

maka yang dimaksud adalah: terjadi kebinasaan pada dirinya. Jiwa di sini berarti manusia seutuhnya. An-nafs asy-syai’ berarti dirinya.

Bentuk jamak dari an-nafs adalah anfus (أنفس) dan nufus (نفوس).

         Sedangkan definisi nafs secara terminologi menurut DR. Anis Ahmad Karzun yaitu: sesuatu yang terdapat di dalam diri manusia, yang tidak dapat diketahui wujudnya, yang dapat menerima arahan kepada kebaikan dan keburukan, dan memiliki berbagai sifat dan karakter kemanusiaan, yang juga memiliki pengaruh yang nyata pada perilaku manusia.

         Saya melihat ada persamaan antara kata-kata nafs (jiwa) dengan nifas (darah) dan nafas. Semuanya terbentuk dari tiga huruf; nun (ن) fa’ (ف) dan sin (س). Kehidupan manusia hanya akan berakhir dengan terganggunya nafas atau darah, sedangkan nafas dan darah adanya pada fisik manusia yang bisa diraba oleh indra. Berarti, hubungan antara roh dan fisik manusia yang dihubungkan oleh nafas dan darah itulah yang disebut sebagai jiwa. Singkat kata, jiwa adalah manusia seutuhnya, yang merupakan perpaduan harmonis antara roh dan fisik manusia.

MAKNA TAZKIYATUN NAFS

         DR. Anis Ahmad Karzun memberikan definisi tazkiyatun nafs yaitu: menyucikan jiwa dari berbagai kecenderungan buruk dan dosa, dan mengembangkan fitrah yang baik di dalamnya yang dapat menegakkan istiqamahnya dan mencapai derajat ihsan”.

Ihsan sesuai definisi yang diberikan oleh Rasulullah saw:

أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك

 “Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, karena meskipun engkau tidak akan mampu melihatnya, namun ia melihatmu” (Muslim).

Nampaknya definisi ini terpengaruh dengan hadits berikut:

ثَلاَثٌ مَنْ فَعَلَهُنَّ فَقَدْ طَعِمَ طَعْمَ الإِيْمَانِ: مَنْ عَبَدَ الله وَحْدَهُ، وَأَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله، وَأَعْطَى زَكَاةَ مَالِهِ طِيْبَةً بِهَا نَفْسَهُ، رَافِدَةً عَلَيْهِ كُلَّ عَامٍ، وَلاَ يُعْطِي الْهَرَمَةَ وَلاَ الدَّرَنَةَ وَلاَ الْمَرِيْضَةَ وَلاَ الشَّرَطَ اللَئِيْمَةَ وَلَكِنْ مِنْ وَسَطِ أَمْوَالِكُمْ، فَإِنَّ اللهَ لَمْ يَسْأَلْكُمْ خَيْرَهُ وَلَمْ يَأْمُرْكُمْ بِشَرِّهِ وزَكَّى نَفْسَهُ، فَقَالَ رَجُلٌ: وَمَا تَزْكِيَّةُ النَّفْسِ؟ فَقَالَ: أَنْ يَعْلَمَ أَنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ مَعَهُ حَيْثُ كَانَ

“Tiga hal, siapa yang melakukannya maka ia akan merasakan lezatnya iman: Siapa yang hanya menghamba kepada Allah semata, karena tiada ilah selain Dia (1). Membayar zakat hartanya tiap tahun untuk memperbaiki jiwanya. Jangan dengan barang-barang usang, rusak, dan ternak yang sakit, namun dengan hartamu yang baik. Sungguh, allah tidak meminta kalian kebaikannya juga tidak menyuruh kalian dengan keburukannya (2). Menyucikan jiwanya (3)”. Seorang pria bertanya: “Apa yang dimaksud penyucian jiwa?”. Beliau menjawab: “Seseorang mengetahui bahwa Allah bersamanya di manapun ia berada” (Abu Daud, Tabrani, dan Baihaqi).

Namun saya berpendapat bahwa Rasulullah saw tidak mendefinisikan tazkiyatun nafs, namun beliau menjelaskan hasil yang didapat dari seseorang yang berhasil melakukan penyucian jiwa. Orang yang telah menyucikan jiwanya akan selalu merasa Allah swt selalu bersamanya (ihsan). Sedangkan definisi tazkiyatun nafs yang dapat merangkum semua uraian di atas adalah: menyucikan dan membersihkan manusia lahir dan batin; hati, akal, dan fisik agar dapat tumbuh dan berkembang sifat-sifat dan tingkah laku positif, sehingga dapat tercapai derajat ihsan.

APA YANG DIBERSIHKAN?

  1. Akidah (keyakinan) dari berbagai penyimpangan dan penyakitnya
  2. Hati dari dosa
  3. Pikiran dan pola pikir yang menyimpang
  4. Akhlak dari sifat dan kebiasaan buruk


[1] Lihat Lisan al-Arab 14 / 358. Orang-orang di kantor pengetahuan Islam mengira bahwa kata zakat bukan berasal dari bahasa arab, tapi diambil dari bahasa ibrani yahudi, diambil dari kata zakwat (da’irah ma’arif al-islamiyah 10 / 355). Perkiraan ini tidak bersandar pada hakikat ilmu. Yang benar adalah yang tercantum pada buku-buku bahasa, berasal dari bahasa Arab asli, bukan kata serapan. Lihat ulasan prof. Mahdy Allam atas da’irah ma’arif 10 / 355

[2] Mufradat fi Gharib al-Qur'an ; ar-Raghib al-Ashfahany 213

[3] Lisan al-Arab materi (jiwa) 6 / 233 dan Mufradat ar-Raghib halaman 501