Robbani
Secara umum akhlak manusia yang dipengaruhi oleh kondisi psikologisnya hanya terbagi menjadi dua, yaitu; akhlak baik dan akhlak buruk. Karena merupakan produk kondisi psikologis, maka tidak semua orang yang tidak bergama Islam berakhlak buruk. Jika kondisi psikogisnya baik, niscaya akhlaknya juga akan baik, meski dia non muslim. Sebaliknya, meskipun seseorang sudah beragama Islam, tapi jika kondisi psikologisnya buruk, niscaya akhlaknya juga akan buruk.
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kondisi psikologis manusia yang merupakan sumber utama akhlak, yaitu:
Jika semua faktor di atas didominasi oleh hal-hal positif, maka kondisi psikologis manusia akan baik dan akhlaknya pun akan baik dan mulia. Sebaliknya, jika semua faktor di atas didominasi oleh hal-hal negatif, maka kondisi psikologis manusia akan buruk dan akhlaknya pun akan buruk.
Selain terbagi atas dua kategori utama; baik dan buruk, akhlak juga bisa terbagi lagi menjadi tiga, pertama: berdasarkan kemampuan atau ketidakmampuan mengendalikan Hawa Nafsu. Jika manusia tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya, maka akhlaknya akan buruk. Lalu dari ketidakmampuan ini akan muncul beberapa sifat, yaitu: rakus, dengki, khianat, suka berbuat maksiat, dan lidah tak terkendali.
Sebaliknya, jika manusia mampu mengendalikan hawa nafsunya, maka akhlaknya akan menjadi baik. Lalu dari kemampuan ini, muncul beberapa sifat, yaitu: sabar, takwa, amanah, rido dan qonaah.
Kedua: berdasarkan jahat dan baik atau lembut dan keras. Jika manusia memiliki jiwa jahat dan kasar, maka akhlaknya akan buruk. Lalu dari kejahatan dan kekerasan itu akan muncul beberapa sifat, yaitu: berlidah jahat, marah, dendam, suka mempersulit, kikir, kejam, kasar, sombong, dan ujub.
Sebaliknya, jika manusia memiliki jiwa yang baik dan lembut, maka akhlaknya akan baik. lalu dari kebaikan dan kelembutan itu akan muncul beberapa sifat, yaitu: lembut dan santun, ihsan, suka membantu, mempermudah, cinta kebersihan, dan mementingkan akhirat.
Ketiga: kekuatan dan kelemahan. Jika manusia memiliki mental yang kuat, niscaya akhlaknya akan baik. Lalu dari kelemahan mental itu akan muncul beberapa sifat, yaitu: adil, tegas terhadap kemungkaran, jujur, berani, istiqomah, dan teguh.
Sebaliknya, jika manusia memiliki mental yang lemah, niscaya akhlaknya akan buruk. Lalu dari kelemahan itu akan muncul beberapa sifat, yaitu: pengecut, dusta, penipu, ragu, dan nifaq.
A. AKHLAK YANG BAIK
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa akhlak yang baik terbagi dua, sesuai dengan kondisi psikologis manusia, yaitu; akhlak baik yang berasal dari jiwa kekuatan jiwa dan akhlak baik yang berasal dari kebaikan dan kelembutan jiwa.
1. Kekuatan Jiwa
Rasulullah saw bersabda tentang keutamaan mukmin yang kuat:
اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ
Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah” (Muslim, Ibnu Majah, an-Nasa’i, dan Ahmad).
Manusia ada yang kuat jiwanya dan ada pula yang lemah. Di antara sahabat nabi yang kuat jiwanya adalah Umar bin Khathab ra:
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ لأَبِى بَكْرٍ مَتَى تُوتِر قَالَ أُوتِرُ مِنْ أَوَّلِ اللَّيْلِ وَقَالَ لِعُمَرَ مَتَى تُوتِرُ قَالَ آخِرَ اللَّيْلِ فَقَالَ لأَبِى بَكْرٍ أَخَذَ هَذَا بِالْحَزْمِ وَقَالَ لِعُمَرَ أَخَذَ هَذَا بِالْقُوَّةِ
Dari Abu Qotadah, bahwa Nabi saw bertanya kepada Abu Bakar Shiddiq: “Kapan kamu shalat witir?”
Dia menjawab: “Saya shalat witir di permulaan malam”.
Kemudian beliau bertanya kepada Umar bin Khathab: “Kapan kamu shalat witir?”
Dia menjawab: “Saya shalat witir di akhir malam”.
Kemudian beliau berkata kepada Abu Bakar: “Yang ini dengan kewaspadaan”.
Lalu beliau berkata kepada Umar: “Sedangkan yang ini dengan kekuatan” (Abu Daud dan Ahmad).
Jiwa yang kuat akan melahirkan akhlak yang khas, meliputi:
a. Mengendalikan Hawa nafsu
Rasulullah saw bersabda mengenai kemampuan mengendalikan diri:
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهُ وَتَمَنَّى عَلَى اللهِ
Orang cerdas = mampu mengendalikan hawa nafsunya dan beramal untuk kehidupan setelah mati. Orang payah = mengikuti hawa nafsu dan berkhayal terhadap Allah (Tirmizi).
b. Sabar
Rasulullah saw bersabda mengenai kesabaran:
وَ مَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللهُ وَمَا أُعْتِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَ أَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ.
“Siapa yang sabar akan disabarkan Allah, dan tidak ada anugerah Allah yang lebih luas dan lebih baik dari kesabaran” (Bukhari dan Muslim).
c. Rido dan Qonaah
Rasulullah saw bersabda mengenai rido dan qonaah:
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
“Sungguh, besarnya pahala seiring beratnya ujian. Jika Allah mencintai suatu kaum, maka Allah akan memberikan cobaan kepada mereka. Siapa yang rido, maka Allah rido padanya. Siapa yang murka, maka Allah murka padanya” (Tirmizi dan Ibnu Majah).
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ هُدِىَ إِلَى الإِسْلاَمِ وَرُزِقَ الْكَفَافَ وَقَنِعَ بِهِ
“Sungguh, beruntung orang yang diberi petunjuk kepada Islam, diberi rizki yang cukup, dan merasa cukup dengannya (qonaah)” (Ibnu Majah).
d. Menahan diri dari maksiat (takwa)
Allah swt berfirman mengenai kemuliaan orang yang takwa:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sungguh, Kami ciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling kenal mengenal. Sungguh, orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling takwa di antara kalian. Sungguh, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (al-Hujurat 13).
فَاتَّقُوا الَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنْفِقُوا خَيْرًا لِأَنْفُسِكُمْ ۗوَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Maka bertakwalah kalian kepada Allah menurut kesanggupan kalian dan dengarlah serta taatlah; dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya maka mereka itulah orang-orang yang beruntung” (at-Taghabun 16).
e. Amanah
Allah swt berfirman tentang amanah:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ النَّاسِ أَن تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
“Sungguh, Allah menyuruh kalian menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kalian menetapkan dengan adil...” (an-Nisa’ 58).
وَالَّذِينَ هُمْ لأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
“Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah dan janjinya” (al-Ma’arij 32).
f. Adil
Allah swt berfirman tentang adil:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ النَّاسِ أَن تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
“Sungguh, Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil...” (an-Nisa’ 58).
نّإِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا
"Orang-orang yang berlaku adil berada di sisi Allah di atas mimbar (panggung) yang terbuat dari cahaya, di sebelah kanan ar-Rahman 'azza wa jalla sedangkan kedua tangan Allah adalah kanan semua, yaitu orang-orang yang berlaku adil dalam hukum, adil dalam keluarga dan adil dalam melaksanakan tugas yang di bebankan kepada mereka” (Muslim).
g. Tegas terhadap kemungkaran
Allah swt berfirman tentang tegas terhadap kemungkaran.
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka” (al-Fath 29).
h. Jujur
Allah swt berfirman tentang jujur:
يا أيها الذين آمنوا اتقوا اللَّه وكونوا مع الصادقين
“Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kalian bersama orang-orang yang benar” (at-Taubah 119).
دَعْ مَا يُـرِيـْبُكَ اِلىَ مَا لاَ يُـرِيـْبُكَ. فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ
Tinggalkan yang meragukanmu menuju yang tidak meragukanmu. Kejujuran adalah ketenangan, sedangkan dusta adalah keraguan” (Tirmizi).
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا
“Kalian harus selalu jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur” (Bukhari dan Muslim).
j. Berani
Perhatikan keberanian Rasulullah saw pada hadits berikut:
عَنْ أَبِي إِسْحَقَ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى الْبَرَاءِ فَقَالَ أَكُنْتُمْ وَلَّيْتُمْ يَوْمَ حُنَيْنٍ يَا أَبَا عُمَارَةَ فَقَالَ أَشْهَدُ عَلَى نَبِيِّ اللَّهِ وَلَّى وَلَكِنَّهُ انْطَلَقَ أَخِفَّاءُ مِنْ النَّاسِ وَحُسَّرٌ إِلَى هَذَا الْحَيِّ مِنْ هَوَازِنَ وَهُمْ قَوْمٌ رُمَاةٌ فَرَمَوْهُمْ بِرِشْقٍ مِنْ نَبْلٍ كَأَنَّهَا رِجْلٌ مِنْ جَرَادٍ فَانْكَشَفُوا فَأَقْبَلَ الْقَوْمُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ وَأَبُو سُفْيَانَ بْنُ الْحَارِثِ يَقُودُ بِهِ بَغْلَتَهُ فَنَزَلَ وَدَعَا وَاسْتَنْصَرَ وَهُوَ يَقُولُ أَنَا النَّبِيُّ لَا كَذِبْ أَنَا ابْنُ عَبْدِ الْمُطَّلِبْ اللَّهُمَّ نَزِّلْ نَصْرَكَ قَالَ الْبَرَاءُ كُنَّا وَاللَّهِ إِذَا احْمَرَّ الْبَأْسُ نَتَّقِي بِهِ وَإِنَّ الشُّجَاعَ مِنَّا لَلَّذِي يُحَاذِي بِهِ يَعْنِي النَّبِيَّ
Dari Abu Ishaq dia berkata: "Seorang laki-laki menemui al-Barra’ seraya bertanya: "Ya Abu Umarah, apakah kalian lari pada perang Hunain?"
Ia menjawab: "Aku bersaksi atas Nabi Allah saw, pasukan beliau tidak lari, tapi saat itu orang-orang tergesa-gesa tanpa membawa persenjataan yang lengkap menuju perkampungan Bani Hawazin ini, padahal mereka adalah pasukan pemanah. Lantas orang-orang kafir menghujani dengan anak panah, seakan-akan mereka sekumpulan belalang. Sehingga mereka kocar-kacir dan berbalik kepada Rasulullah saw. Sementara itu Abu Sufyan mengawal dan memegang bighal beliau. Kemudian beliau turun dan berdoa mohon pertolongan, beliau bersabda: "Aku adalah Nabi, bukan pendusta, aku adalah putra Abdul Mutthalib. Ya Allah…turunkanlah bala bantuanmu".
Demi Allah, kami saat itu sangat khawatir karena dahsyatnya pertempuran, dan orang yang paling pemberani adalah orang yang paling dekat dengan peperangan, yaitu Nabi saw" (Muslim).
Allah swt berfirman tentang keberanian pasukan orang-orang beriman:
فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوتُ بِالْجُنُودِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ مُبْتَلِيكُم بِنَهَرٍ فَمَن شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّي وَمَن لَّمْ يَطْعَمْهُ فَإِنَّهُ مِنِّي إِلَّا مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً بِيَدِهِ فَشَرِبُوا مِنْهُ إِلَّا قَلِيلًا مِّنْهُمْ فَلَمَّا جَاوَزَهُ هُوَ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ قَالُوا لَا طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَاقُو اللَّهِ كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ وَلَمَّا بَرَزُوا لِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالُوا رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ فَهَزَمُوهُم بِإِذْنِ اللَّهِ
“Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Allah sedang menguji kalian dengan sungai ini. Siapa di antara kalian minum airnya; ia bukan pengikutku. Siapa yang tidak tidak, kecuali satu dua ciduk tangan, maka dia adalah pengikutku".
Kemudian mereka minum kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang beriman bersamanya menyeberangi sungai itu, orang-orang yang minum berkata: "Hari ini Kami tak sanggup melawan Jalut dan tentaranya".
orang-orang yang yakin mereka akan bertemu Allah berkata: "Betapa banyak golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Allah bersama orang-orang yang sabar".
Tatkala jalut dan tentaranya nampak oleh mereka, merekapun berdoa: "Tuhan kami, curahkan kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami. Tolonglah kami melawan orang-orang kafir".
Mereka mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah... (al-Baqarah 249 – 251).
k. Lurus (istiqomah) dan teguh (tsabat) di jalan Allah
Allah swt berfirman tentang sikap istiqomah dan tsabat:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
“Sungguh, orang-orang yang mengatakan: ‘Tuhan kami ialah Allah’ kemudian mereka istiqomah, maka malaikat akan turun kepada mereka dan berkata: “Janganlah kalian takut dan janganlah kalian bersedih; dan bergembiralah kalian dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepada kalian” (Fushilat 30).
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat”” (Ibrahim 27).
2. Baik dan Lembut
Rasulullah saw bersabda tentang sifat baik dan lembut:
الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ
“Kebaikan adalah akhlak yang baik dan dosa adalah sesuatu meresahkan hati dan kamu tidak suka diketahui orang lain” (Bukhari dan Muslim).
إِنَّ الرِّفْقَ لاَيَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَيءٍ إِلاَّ شَانَهُ
“Jika kelembutan ada pada sesuatu maka ia akan menghiasinya. Jika ia dicabut dari sesuatu, maka akan membuatnya buruk” (Muslim)
Adapun perilaku yang timbul dari baik dan lembut yaitu:
a. Lembut dan santun dalam tindakan dan ucapan
Rasulullah saw bersabda tentang sifat lembut dan santun:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الْأَمْرِ كُلِّهِ
“Sungguh, Allah mencintai sikap santun dalam segala hal” (Muttafaq alaihi).
عَنْ أَنَسٍ قَالَ مَا مَسِسْتُ حَرِيرًا وَلَا دِيبَاجًا أَلْيَنَ مِنْ كَفِّ النَّبِيِّ وَلَا شَمِمْتُ رِيحًا قَطُّ أَوْ عَرْفًا قَطُّ أَطْيَبَ مِنْ رِيحِ أَوْ عَرْفِ النَّبِيِّ وَلَقَدْ خَدَمْتُ رَسُولَ اللَّهِ عَشْرَ سِنِيْنَ فَمَا قَالَ لِي قَطُّ أُفٍّ، وَلاَ قاَلَ لِشَيْءٍ فَعَلْتُهُ: لِمَ فَعَلْتَهُ؟ وَلاَ لِشَيْءٍ لَمْ أَفْعَلْهُ: أَلاَ فَعَلْتَ كَذَا؟
“Aku tidak pernah memegang kain sutra maupun brokat yang lebih halus daripada telapak tangan Rasulullah saw dan aku tidak pernah mencium bau yang lebih harum daripada bau Rasulullah saw. Aku telah melayani Rasulullah saw selama sepuluh tahun, beliau tidak pernah berkata, ‘ah’ kepadaku dan tidak pernah mengatakan terhadap sesuatu yang aku kerjakan, ‘Mengapa kamu lakukan itu,’ serta sesuatu yang tidak aku kerjakan, ‘Mengapa kamu tidak lakukan itu?” (Muttafaq alaihi).
b. Baik (apik) dalam semua tindakan
Rasulullah saw bersabda tentang ihsan:
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ فَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ
“Allah menentukan ihsan (baik) dalam segala hal, jika kalian membunuh, baiklah dalam membunuh, jika kalian menyembelih, baiklah dalam menyembelih. Hendaknya salah seorang di antara kalian menajamkan pisaunya dan menyamankan binatang sembelihannya” (Muslim).
c. Suka membantu sesama
Rasulullah saw bersabda mengenai membantu sesama:
أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخِ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ شَهْرًا
“Orang yang paling dicintai Allah swt adalah yang paling bermanfaat bagi manusia. Perbuatan yang paling dicintai Allah swt adalah menggembirakan seorang Muslim atau meringankan penderitaannya atau melunasi hutangnya atau mengusir rasa laparnya. Karena itu, aku lebih suka berjalan memenuhi keperluan saudaraku sesama Muslim ketimbang i’tikaf di masjid selama setahun. (Tabrani dan Ibnu Abid Dunia).
d. Selalu mempermudah
Rasulullah saw bersabda mengenai mempermudah:
يَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا وَبَشِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُوا
“Permudahlah dan jangan persulit. Berilah berita gembira dan jangan kalian buat mereka berlari” (Muttafaq alaihi).
e. Cinta kebersihan dan keindahan
Rasulullah saw bersabda mengenai cinta kebersihan:
إِنَّ اللَّهَ تَعَالى طَيِّبٌ يُحِبُّ الطَّيِّبَ نَظِيفٌ يُحِبُّ النَّظَافَةَ كَرِيمٌ يُحِبُّ الْكَرَمَ جَوَادٌ يُحِبُّ الْجُودَ فَنَظِّفُوا أَفْنِيَتَكُمْ
“Allah swt baik, dia menyukai kebaikan. Allah itu bersih, dia menyukai kebersihan. Allah itu mulia, dia menyukai kemuliaan. Allah itu dermawan ia menyukai kedermawanan maka bersihkanlah tempat-tempatmu” (Tirmizi).
إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ
“Sungguh, Allah itu indah dan menyukai keindahan” (Muslim, Tirmizi, dan Ahmad).
f. Mementingkan kehidupan akhirat
Rasulullah saw bersabda tentang mementingkan kehidupan akhirat:
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهُ وَتَمَنَّى عَلَى اللهِ
Orang cerdas = mampu mengendalikan hawa nafsunya dan beramal untuk kehidupan setelah mati. Orang payah = mengikuti hawa nafsu dan berkhayal terhadap Allah (Tirmizi).
B. AKHLAK YANG BURUK
Seperti halnya akhlak yang baik, akhlak yang buruk juga terbagi dua sesuai dengan kondisi psikologis manusia, yaitu: akhlak buruk yang timbul dari kelemahan jiwa dan akhlak buruk yang timbul dari kejahatan dan kekasaran jiwa.
1. Kelemahan Jiwa
Rasulullah saw bersabda tentang kelemahan jiwa:
وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ
“...dan mintalah pertolongan kepada Allah serta jangan lemah…” (Bukhari).
Orang yang lemah jiwanya akan memiliki akhlak khas orang berjiwa lemah, karena itulah Rasulullah saw tidak memberikan jabatan apapun kepada sahabatnya; Abu Dzar al-Ghifari, karena beliau menilai Abu Dzar jiwanya lemah:
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلَا تَسْتَعْمِلُنِي قَالَ فَضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى مَنْكِبِي ثُمَّ قَالَ يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ ضَعِيفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةُ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ إِلَّا مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ فِيهَا
Dari Abu Dzar ra, ia berkata: "Ya Rasulullah, mengapa anda tidak memberi tugas kepadaku?”
Sambil menepak pundakku, beliau bersabda: "Hai Abu Dzar, kamu adalah orang lemah. Sedangkan tugas yang kamu minta adalah amanah. Pada hari kiamat kelak, ia adalah kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mengambilnya dengan benar dan menunaikan semua yang ada" (Muslim).
Adapun akhlak yang timbul dari kelemahan jiwa adalah:
a. Tidak Mampu Mengendalikan Hawa Nafsu
Allah swt berfirman tentang orang yang tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya:
أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚإِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖبَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)” (al-Furqan 43 – 44).
b. Rakus
Rasulullah saw bersabda tentang rakus:
مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلاَ فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ
“Tidaklah dua ekor srigala yang lapar dikirimkan pada seekor kambing itu lebih berbahaya daripada tamaknya seseorang pada harta dan kedudukan dalam membahayakan agamanya” (Tirmizi).
c. Dengki
Rasulullah saw bersabda tentang dengki:
إِيَّاكُمْ وَالحَسَدَ فَإنَّ الحَسَدَ يَأكُلُ الحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النًارُ الحَطَبَ
“Jauhilah oleh kalian sifat dengki, karena dengki itu dapat memakan kebaikan sebagaimana api melalap kayu bakar” (Abu Daud).
d. Khianat
Rasulullah saw bersabda tentang khianat:
إِنَّ الْغَادِرَ يَنْصِبُ اللَّهُ لَهُ لِوَاءً يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُقَالُ أَلَا هَذِهِ غَدْرَةُ فُلَانٍ
“Sungguh, Allah akan mengibarkan bendera untuk para pengkhianat, dan dikatakan kepadanya: “ini adalah bendera pengkhianatan si fulan” (Muslim).
e. Sering bermaksiat
Allah swt melarang perbuatan maksiat, sesuai firman-Nya:
اِنَّ اللهِ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَائِ ذِى الْقُرْبى وَيَنْهى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغَيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
“Sungguh, Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat baik, memberi bantuan kepada kerabat, dan dia melarang (melakukan) perbuatan mesum, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepada kamu dapat menggambil pelajaran” (an-Nahl 90).
f. Lidah tak terkendali
Rasulullah saw bersabda bersabda tentang pengendalian lidah:
مَنْ يَضْمَنْ لِى مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ
“Siapa yang menjamin untukku apa yang ada di antara dua jenggotnya (lidah) dan antara dua kakinya (kemaluan), akan kujamin surga untuknya” (Bukhari).
g. Pengecut
Rasulullah saw bersabda tentang pengecut:
شَرُّ مَا فِي رَجُلٍ شُحٌّ هَالِعٌ وَجُبْنٌ خَالِعٌ
“Sifat terburuk pada seseorang adalah sifat pelit yang sangat pelit dan sifat pengecut yang sangat pengecut” (Abu Daud, Ibnu Hibban, dan Ahmad).
h. Dusta dan menipu
Rasulullah saw bersabda tentang dusta dan penipu:
يُطْبَعُ الْمُؤْمِنُ عَلَى الْخِلَالِ كُلِّهَا إِلَّا الْخِيَانَةَ وَالْكَذِبَ
“Seorang mukmin dapat bertabiat dengan semua aib, kecuali khianat dan dusta” (Ahmad)
j. Ragu dan nifaq
Allah swt berfirman tentang keraguan dan sifat nifaq:
إِنَّمَا يَسْتَأْذِنُكَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَارْتَابَتْ قُلُوبُهُمْ فَهُمْ فِي رَيْبِهِمْ يَتَرَدَّدُونَ
“Sungguh, yang minta izin kepadamu hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya (at-Taubah 45).
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا
“Sungguh, orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka” (an-Nisa’ 145).
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلا قَلِيلا مُذَبْذَبِينَ بَيْنَ ذَلِكَ لا إِلَى هَؤُلاءِ وَلا إِلَى هَؤُلاءِ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ سَبِيلا
“Sungguh, orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah membalas tipuan mereka. Apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya di hadapan manusia. Mereka tidak menyebut Allah kecuali sedikit. Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir); tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir). Siapa yang disesatkan Allah, maka kamu sekali-kali tidak akan mendapatkan jalan baginya” (an-Nisa’ 142 – 143).
2. Kasar dan Jahat
Rasulullah saw bersabda tentang sifat kasar dan jahat:
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ
“Maukah kalian aku beritahu penghuni neraka? Yaitu Setiap orang yang keras (hati), congkak dan sombong" (Bukhari dan Muslim).
Adapun perilaku yang timbul dari jahat dan kasar yaitu:
a. Lidah jahat dan kotor
Rasulullah saw bersabda tentang lidah yang jahat dan kotor:
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الْفَاحِشِ وَلَا الْبَذِيءِ
“Seorang mukmin bukanlah orang yang suka mencela dan bukan orang yang suka melaknat serta bukan orang yang suka bicara jorok dan kotor” (Tirmizi dan Ahmad).
b. Marah dan dendam
Rasulullah saw bersabda tentang pengendalian marah:
لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
“Bukan yang dikatakan kuat itu (menang) dalam perkelahian. Orang kuat itu hanyalah yang dapat mengendalikan diri ketika marah” (Bukhari dan Muslim).
c. Suka mempersulit
Rasulullah saw bersabda tentang mempersulit:
مَنْ ضَارَّ مُسْلِمًا ضَارَّهُ اَلله وَمَنْ شَاقَّ مُسَلِّمًا شَقَّ اَللَّهُ عَلَيْهِ، أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ وَاَلتِّرْمِذِيُّ وَحَسَّنَهُ.
“Siapa yang membahayakan seorang muslim, maka Allah akan membahayakannya. Siapa yang merepotkan (menyusahkan) seorang muslim maka Allah akan menyusahkannya” (Abu Daud dan Tirmizi).
اَللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ
“Ya Allah, barang siapa yang mengurusi urusan umatku kemudian dia merepotkan umatku maka susahkanlah dia” (Muslim).
d. Kikir
Rasulullah saw bersabda tentang kikir:
ﺃَﻱُّ ﺩَﺍﺀٍ ﺃَﺩْﻭَﻯ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺒُﺨْﻞِ
“Lalu penyakit apalagi yang lebih parah dari pada sifat kikir” (Tirmizi).
e. Kejam dan kasar
Rasulullah saw bersabda tentang sifat kejam dan kasar:
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: (1) suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan (2) para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian” (Muslim).
f. Sombong
Rasulullah saw bersabda tentang sombong:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
Tidak akan masuk surga orang yang di hatinya ada secuil kesombongan ( Muslim)
g. Ujub
Rasulullah saw bersabda tentang ujub:
لَوْ لَمْ تَكُوْنُوْا تُذْنِبُوْنَ خَشِيْتُ عَلَيْكُمْأَكْثَرُ مِنْ ذَلِكَ اْلعُجُبُ
“Seandainya kalian tidak mengerjakan dosa, aku lebih khawatir kepada kalian dari hal itu yaitu ujub” (Ibnu Adi, Uqaili, dan Qudho’i)
Jenis-jenis akhlak di atas, baik akhlak yang baik maupun akhlak yang buruk semuanya hanyalah penjelasan awal saja, untuk memberi penggambaran singkat tentang kategori akhlak. Nanti semuanya akan saya bahas satu persatu pada bab tersendiri, insya Allah